Sabtu, 01 Maret 2008

<<>
Jawa Pos,
Selasa, 26 Feb 2008,
Tommy Soeharto Sosialisasikan Bisnis lewat Tradisi Temu Wicara Warisan Ayah

Sering Pakai Kata Daripada dan Semangkin
Sebulan setelah Soeharto wafat, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto mulai rajin ke daerah. Bersama para pejabat, sang putra bungsu itu juga menghidupkan budaya "temu wicara" dengan para petani dengan bahasa dan gaya Pak Harto dulu.

ARIYANTO, Jakarta

TAHUN ini boleh jadi hari-hari yang sibuk bagi Tommy Soeharto. Lewat bendera baru perusahaannya, PT Mandala Energi Terapanindo, perusahaan yang memproduksi mesin pengubah batubara menjadi gas sintetis, putra kelima Pak Harto itu mencoba bangkit lagi.

Pesanan terhadap mesin Baragas (merek yang diusung PT Mandala) memang terus mengalir. Kamis (21/2) lalu "mengantarkan" pesanan kepada para anggota kelompok tani di Panjang, Bandar Lampung. Dan, Maret nanti melayani order perusahaan tekstil milik warga India di Rancaekek, Bandung. Total tahun ini ditargetkan mampu menjual 150 unit.

Pabrik Baragas dibangun di bekas lahan pabrik mobil nasional PT Timor Putera Nasional di Cikampek, Jawa Barat.

Selain itu, order datang dari beberapa pemesan di Kalimantan dan Sulawesi. Untuk pasar ekspor, Tommy mengincar Kamboja, negeri yang menghormati mendiang ayahnya karena dianggap memfasilitasi "kemerdekaan" negara tersebut.

Saat hadir di Lampung, provinsi penghasil kopi dan lada terbesar di Indonesia, Tommy masih seperti anak "kepala negara". Tiba di bandara dengan pesawat carter Beechcraft 1900, Tommy langsung menuju tempat acara dengan pengawalan vorijders.

Di lokasi PT Sinar Alam Kencana, tempat acara, dia disambut Gubernur Lampung H Sjahroedin Z.P., Duta Besar Kerajaan Kamboja untuk Indonesia Mr Khem Bunnaeng, serta para bupati di Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan.

Mengenakan batik cokelat, celana dan sepatu hitam, Tommy menjadi pusat perhatian. Para undangan, terutama ibu-ibu, berusaha mengabadikan wajahnya dengan kamera handphone. Bahkan, di antara mereka ada yang meminta foto bareng.

Puluhan fotografer maupun kamerawan pun berebut mengambil gambar presiden komisaris PT Humpuss tersebut. Tommy memang bak selebriti. Bahkan, gubernur Lampung pun seperti kalah pamor.

Didampingi direksi PT Humpuss, perusahaan yang menangani distribusi Baragas, pria 46 tahun itu memberikan bingkisan kepada 40 yatim piatu. Setelah itu, Tommy menandatangani prasasti hibah mesin Baragas kepada Kelompok Tani Sertani yang berasal dari tiga kabupaten di Lampung.

Tommy yang beberapa tahun dipenjara di Lapas Batu, Nusakambangan, karena kasus pembunuhan hakim agung, lalu menggelar temu wicara dengan para petani. Lima kursi berjajar rapi berhadapan dengan para petani. Tommy duduk di tengah, diapit Gubernur H Sjahroedin Z.P. dan para direksi PT Humpuss.

"Pak Tommy, kami para petani tolong dibantu. Kenaikan BBM ini sangat memukul kami," curhat seorang petani.

Mendengar keluhan itu, Tommy pun menjelaskan bahwa kehadirannya di Lampung salah satunya ingin membantu petani dengan meluncurkan produk Baragas. Langkah yang ditempuh bukan semata-mata bisnis. Dia ingin membantu petani, pengusaha, serta mencari energi alternatif yang ramah lingkungan dan murah.

Kepada petani, Tommy mengatakan juga sedang memproduksi pupuk organik. Dengan produk itu, produktivitas petani akan naik 50 persen. Selain biaya pemupukan lebih hemat (20-30 persen), produktivitas hasil pertanian akan naik sekitar 50 persen. "Ini kalau dijalankan secara nasional, maka subsidi pupuk semangkin tidak diperlukan lagi," katanya.

Begitu pula dengan Baragas. Menurut Tommy, kalau dijalankan secara nasional, kelangkaan BBM yang dialami banyak pembangkit listrik tidak terjadi lagi. Tapi, karena produknya baru tahap awal, Tommy minta waktu untuk pengembangan. "Semoga tidak butuh waktu terlalu lama untuk bisa diwujudken. Gensetnya bisa pakai Baragas lagi. Tidak pakai daripada solar lagi," jelas dia disambut tepuk tangan meriah para petani.

Ada juga petani yang kritis. "Pak Tommy, jangan-jangan kalau mesin Baragas sudah diterima petani dan petani sudah sangat tergantung, tidak ada pembinaan terhadap mereka," katanya.

Oleh kelompok tani setempat, kata dia, unit Baragas itu dipakai untuk pengeringan jagung. "Sejauh mana perhatian PT Humpuss sendiri terhadap petani. Jangan sampai kasih alat, tapi petani tidak diperhatikan," sambungnya.

Mendengar pertanyaan itu, Tommy, seperti gaya Pak Harto dulu, hanya tersenyum. Kata dia, mesin Baragas -harganya sekitar Rp 350 juta untuk tipe yang kecil hingga Rp 3 miliar- bukan hanya dipakai di Lampung, tapi sudah dipakai di berbagai daerah, bahkan negara lain. Karena itu, kata Tommy, Humpuss tak akan meninggalkan begitu saja customer-nya, sehingga memberi kesan jelek kepada karya asli anak bangsa ini.

Menurut Tommy, kelompok petani adalah pasar potensial Baragas. Kalau puas dengan produknya, kata Tommy, mereka akan menyampaikan kepada teman-teman mereka. "Untuk pembiayaan, Humpuss menyerahken ke petani sendiri, apakah perseorangan atau kelompok," katanya.

Selama temu wicara, tampak sekali Tommy seperti mewarisi gaya sang ayah. Senyumnya tampak sengaja ditata sedemikian rupa. Termasuk penggunaan kosa kata Soeharto yang sangat khas, seperti "semangkin", "daripada", serta akhiran "ken". Bedanya, kalau ada pertanyaan lucu, Soeharto membalas dengan tawa lepas dan renyah, Tommy hanya tersenyum-senyum. (el) >>

1 komentar:

  1. 'pak harto' hidup lagi nih he he he ,.. tp kalo melihat sisi postifnya mungkin itu cara yang paling tepat untuk mengatasi segala krisis di sektor pertanian kita,bayangin aja harga pupuk semakin mahal,kedele langka, dll dll coba pemerintah melakukan pendekatan kpd petani seperti jaman dulu mungkin problem pertanian kita dpt diatasi,jaman soeharto gak semuanya buruk semua khan?

    BalasHapus