Kamis, 06 Maret 2008


Republika On-line
Minggu, 13 Januari 2008
Chichen Itza
Peradaban Berdarah


Bangunan menjulang itu tampak begitu apik terawat. Asri. Dikelilingi hamparan rumput hijau, UNESCO menahbiskan kuil batu pualam ini sebagai situs warisan dunia (world heritage sites). Tapi tontonlah terlebih dahulu Apocalypto. Film nominasi Piala Oscar tahun 2006 arahan Mel Gibson ini dijamin bakal membikin Anda tercekat, jika tidak merinding menatap foto Piramida Kukulcan -- sang bangunan tadi.

Kukulcan adalah pusat kegiatan spiritual dan politik suku Maya, sebuah komunitas manusia yang digambarkan dalam Apocalypto sebagai haus darah. Dipimpin oleh para tiran serupa kaisar Nero di Roma yang membakar penduduknya sendiri, pimpinan suku Maya memenggal kepala warganya dari atap kuil. Lantas menggelindingkannya di antara anak tangga. Begitulah Apocalypto menggambarkan peristiwa setengah milenium lampau di Chichen Itza.

Chichen Itza. Nama ini mencuat ke permukaan ketika pada awal Juli 2007 lalu dunia mendapuknya sebagai Tujuh Keajaiban Dunia yang Baru (The New Seven Wonders of the World). Chichen Itza -- dalam bahasa Indian kuno berarti 'di dekat mata air Itza' -- adalah sebuah kompleks megalitik bangsa Maya yang dibangun sejak 600 sebelum masehi, terletak di Semenanjung Yucatan (kini Meksiko).

Sebagai sebuah kompleks megalitik, Chichen Itza ditegakki sejumlah bangunan. Piramida Kukulcan adalah salah satunya dan satu-satunya yang paling mencerminkan kemutakhiran ilmu sipil bangsa kuno Maya. Selain Kukulcan, kompleks Chitchen Itza dihuni pula Kuil Seribu Ksatria, Lapangan Bola Besar, Kuil para Pendeta Tertinggi, tempat observasi El Caracol, kompleks bangunan Las Monjas, dan gedung tulisan rahasia Akab Dzib.

Adalah El-Castilo -- sebutan untuk Piramida Kukulkan -- simbol kegemilangan peradaban suku Maya, sebuah peradaban terbesar di selatan Amerika kala itu. Piramida Kukulkan dijejali ratusan anak tangga di keempat sisinya sebagai perantara menuju puncak. Di puncak terdapat jalan masuk menuju ruangan Mahkota Batu Jaguar Raja Kukulka yang bercat merah.

Di puncak pula horor itu terjadi : segelintir penduduk Maya dipaksa antre, ditutup matanya, lantas dipancung. Toh, ratusan penduduk Maya lainnya menyoraki dari bawah. Mereka lega sebab dengan cara inilah para dewa diyakini bakal berhenti murka. Inilah ritual pengorbanan manusia.

Banjir darah memiliki akarnya sendiri di Chichen Itza. Terhampar di utara Semenanjung Yukatan yang kering, Chichen Itza tak mempunyai sungai bawah tanah. Krisis air menjadi rutinitas. Di saat genting itulah nalar primitif mereka bekerja : bagaimana supaya sang dewa hujan, Chaac, terus bermurah hati? Jawabnya adalah tumbal manusia.

Dan peristiwa berdarah itu terjadi di sana sini, bukan hanya di Piramida Kukulcan. Di daerah Chicen para arkeolog menemukan bekas dua sumur alami yang dinamai cenote. Di cenote terbesar, Sagrado, pada 1904, konsul jenderal AS di Meksiko menemukan pelbagai artefak berbahan emas, permata, tembikar, dupa dan termasuk tulang belulang manusia.

Ketika dibangun pada 600 SM, Chichen Itza adalah kompleks yang dikuasai kaum Yukatan. Perang saudara tahun 1221 mengakhiri dominasi kaum ini. Kekuasaan berpindah tangan ke suku Maya. Pertempuran sengit tahun itu sempat menyulut kebakaran hebat di Kuil Seribu Ksatria dan luluh lantaknya Pasar Besar Chichen Itza.

Kejatuhan peradaban Maya -- secara sepintas ditayangkan dalam /Apocalypto/ -- terjadi ketika perahu-perahu layar milik para penakluk Spanyol merapat di semenanjung Yukatan pada 1531. Baru 17 tahun kemudian Spanyol benar-benar membuat mereka bertekuk lutut.

1 komentar:

  1. habis nonton film appocalypto nie seru,sadis,porno he,,he,,he kocak,serem,mengharukan,penuh nilai2 kemanusiaan,penuh nilai sejarah,.. kagum ama mel gibson koq bisa bikin film sebagus itu tegang sepanjang cerita,.. hmmm jadi penegen tau budaya dan sejarah suku maya di amerika tengah,..

    BalasHapus