Sabtu, 01 Maret 2008

MISI KEJI AMERIKA UNTUK DUNIA

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Siti Fadilah Supari, menguak konspirasi Amerika Serikat dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengembangkan senjata biologi dari virus flu burung, avian influenza (H5N1).

Setelah virus maut itu menyebar dan menghantui dunia, perusahaan-perusahaan dari negara maju memproduksi vaksin dan menjual ke pasaran dengan harga mahal di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Konspirasi ini diungkapkan Siti Fadilah dalam bukunya berjudul “Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung” yang diluncurkan di Hotel Borobudur, Jakarta, 6 Februari lalu. Selain dalam edisi bahasa Indonesia, Siti meluncurkan buku yang sama dalam versi bahasa Inggris “It’s Time for the World to Change”.

Dalam bukunya, Siti menuding konspirasi negara adi kuasa itu mencari kesempatan dalam kesempitan pada penyebaran virus avian influenza (H5N1). “Saya mengira mereka mencari keuntungan dari penyebaran flu burung dengan menjual vaksin ke negara kita,” ujar Siti.

Ditanya kegerahan petinggi WHO terhadap isi bukunya itu, Siti tampak berapi-api menunjukkan semangat patriotisme ke-Indonesia-annya. “Kalau mereka gerah, monggo mawon. Betul apa nggak mari kita buktikan. Kita bukan saja dibikin gerah, tetapi juga kelaparan dan kemiskinan. Negara-negara maju menidas kita, lewat WTO, lewat Freeport dan lain-lain. Coba kalau tidak ada, kita sudah kaya!” katanya, Kamis (21/2).

Menkes mengatakan, edisi perdana bukunya dicetak masing-masing 1.000 eksemplar untuk cetakan bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Total sebanyak 2.000 buku. Buku itu berisi catatan harian Siti Fadilah Supari selama mengupayakan perubahan mekanisme pertukaran virus dunia yang sudah berlaku selama lebih dari 50 tahun, yang dinilai tidak adil, tidak transparan dan tidak mengakomodir kepentingan negara berkembang.

Buku itu juga memuat berbagai fakta tentang nasib sampel virus flu burung strain Indonesia yang dikirim ke Laboratorium Pusat Kolaborasi WHO, seperti adanya informasi bahwa sampel virus itu disimpan di laboratorium Los Alamos yang berada di bawah Kementerian Pertahanan AS (Pentagon), dan kekhawatiran sampel virus itu akan dikembangkan menjadi senjata biologis.

Menurut dia, saat ini banyak yang meminta sehingga dalam waktu dekat dia akan melakukan cetakan kedua dalam jumlah besar.

“Saya akan cetak dalam jumlah besar, Minggu depan sudah naik cetak,” ujar Siti.

Selain mencetak ulang bukunya, perempuan kelahiran Solo, 6 November 1950, ini mengaku telah menyiapkan buku jilid kedua.

Di dalam buku jilid kedua, Siti akan membeberkan semua pengalamannya. “Bagaimana saya mengirimkan 58 virus, tapi saya dikirimi virus yang sudah berubah dalam bentuk kelontongan. Virus yang saya kirimkan diubah-ubah pemerintahan George Bush!” ujar ibu tiga anak itu.

Siti enggan berkomentar permintaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memintanya menarik buku dari perederan. Menurut dia, bukunya sudah habis. Versi bahasa Indonesia sekitar 500 buku dibagikan-bagikan gratis, sebagian dijual di toko buku.

Situs berita Australia, The Age, mengutip buku Siti Fadilah mengulas bagaimana pemerintah Amerika Serikat dan WHO berkonpirasi mengembangkan senjata biologi dari penyebaran virus H5N1 dengan memproduksi senjata biologi.

Rabu (20/2) lalu, Menkes berkunjung ke Departemen Pertahanan. Seusai pertemuan itu berembus isu yang menyebutkan, pemerintah AS mendesak pemerintah Indonesia mencabut atau menarik buku karya Siti dari pasaran.

Jika pemerintah bersedia menarik buku itu, pemerintah AS menjanjikan imbalan peralatan militer berupa senjata berat atau tank. Ketika isu ini dikonfirmasi kepada Menteri Pertahanan, Juwono Sudarsono, dia tidak memberi pernyataan. “Saya no comment untuk itu,” kata Juwono usai mengikuti rapat terbatas di Depkeu, kemarin.

Buntut bukunya yang membuat heboh negara barat, Siti Fadilah pun mendatangi Badan Intelijen Negara (BIN). Ahli jantung itu mengaku menjelaskan tentang bukunya pada edisi bahas Inggris. Menurut Siti, dalam buku edisi bahasa Inggris ada kalimat yang harus diedit karena tidak cocok dengan bahasa Indonesia. Dia telah mencek satu per satu dan menemukan kesalahan-kesalahan yang cukup banyak dan krusial dalam penerjemahannya.

Misalnya, ada istilah atau kata yang diiterjemahkan ke dalam versi Inggris dengan tendensi ke US Government. “Padahal, saya tidak pernah meng-accused suatu negara mana pun,” tuturnya. Sedangkan dalam buku versi bahasa Indonesia, tuduhan itu sama sekali tidak ada. Karenanya dia menilai kesalahan itu pada penerjemah, bukan pada dirinya.

Pengamat politik, Fadli Zon menilai, ditariknya buku karya Menkes versi Inggris memunculkan spekulasi Indonesia sedang dipermainkan barat, sehingga muncul adanya salah penerjemahan. “Kecenderungannya, perusahaan-perusahaan besar multinasional dalam kasus flu burung memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Perlu diketahui, kepentingan sendiri bukanlah kepentingan Indonesia,” ujar sahabat Prabowo Subianto itu.

Kepentingan mereka, sebut Fadli, adalah memasarkan vaksin (flu burung) bagaimana memasarkan anti viral kepada Indonesia karena dianggap sebagai bangsa yang besar. Sudah seharusnya, Indonesia bisa mengembangkan anti-viral yang akan dipakai sendiri.

“Adanya upaya penarikan buku itu mengisyaratkan lembaga-lembaga internasional atau badan internasional keberatan dengan isi buku itu karena secara langsung menuduh mereka,” jelas Fadli Zon. *

EDISI BAHASA INGGRIS AKAN DITARIK : Jakarta - Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari akan menarik peredaran dan merevisi versi berbahasa Inggris dari buku perdananya “It’s Time for the World to Change”, menyusul adanya sangkalan dari pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai beberapa fakta di dalam buku itu.

"Yang bahasa Inggris ditarik, yang berbahasa Indonesia tidak karena justru (dalam buku) bahasa Inggris itu, ada kalimat-kalimat yang harus diedit karena tidak sesuai dengan versi Indonesianya," kata Siti Fadilah di Jakarta, Kamis, tentang buku perdananya yang diluncurkan di Jakarta, Rabu malam (6/2).

Ia mengemukakan hal itu menanggapi protes dan sangkalan yang disampaikan oleh pejabat WHO mengenai beberapa fakta tentang perjalanan sampel virus flu burung strain Indonesia yang ditulis perempuan kelahiran Solo, Jawa Tengah, itu dalam buku perdananya.

Namun, Siti Fadilah mengatakan sekitar 1.000 eksemplar buku edisi pertama yang sudah terjual sudah tidak bisa ditarik lagi.

"Kalau buku edisi kedua sudah yang direvisi," katanya serta menambahkan buku versi revisi edisi kedua akan diterbitkan pekan depan.

Tentang protes dan sangkalan yang disampaikan WHO, Siti Fadilah tidak menanggapinya secara serius dan hanya mengatakan, "Ini kan sudah jamannya demokrasi, saya bisa menulis, kalau ada yang menyangkal boleh saja."

Dia juga berkelakar protes dan sangkalan itu justru membuat bukunya terkenal dan laris di pasaran," Waah malah jadi terkenal di dunia buku saya, malah laris yaa," kata istri Ir.Supari itu seraya tersenyum. *

AS TAWARKAN BANTUAN JIKA BUKU DITARIK? Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert Gates membantah pemerintahnya mengajukan kompensasi berupa penawaran bantuan militer kepada Indonesia, bila versi berbahasa Inggris dari buku Menteri Kesehatan RI Siti Fadilah Supari ditarik dari peredaran. "Tidak benar pemerintah AS menawarkan bantuan bila buku itu ditarik," kata Gates di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (25/2), usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Bahkan, menurut Gates, buku Siti Fadilah yang memuat berbagai fakta terkait mekanisme pengiriman virus flu burung, sama sekali tidak dibahas dalam pertemuannya dengan Presiden Yudhoyono. "Kami tidak membicarakan masalah itu," ujar dia. Namun, Gates tidak memberikan jawaban, ketika ditanya LAWANGSEWU.NET, apakah AS meneliti dan menjajaki kemungkinan pembuatan senjata biologis dari sampel-sampel virus flu burung.

Sebelumnya, Menkes RI menyatakan, akan menarik peredaran dan merevisi versi berbahasa Inggris dari buku perdananya, menyusul adanya sangkalan dari pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai beberapa fakta di dalam buku itu. Pemerintah AS juga disebut-sebut sebagai salah satu pihak yang menyangkal beberapa fakta yang ditulis Siti Fadilah dalam buku karya perdananya itu. *

www.lawangsewu.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar